radang tenggorokan pada anak usia 2 tahun

Radang Tenggorokan Pada Anak Balita Saat Musim Hujan

Radang Tenggorokan Pada Anak Balita Saat Musim Hujan – Musim hujan merupakan berita baik bagi kuman pembawa bakteri penyakit. Oleh karena itu, perubahan suhu menyebabkan kuman berkembang biak dengan mudah & cepat, sehingga bisa menyerang kapan saja, terutama anak balita yang belum memiliki daya tahan tubuh yang optimal. Salah satu penyakit yang mengganggu musim hujan adalah peradangan / infeksi tenggorokan pada anak  kecil. Lihatlah klinik atau rumah sakit antrian, banyak dari mereka, termasuk anak umur 4 tahun yang terkena peradangan atau infeksi pada tenggorokan pada anak dan balita.

radang tenggorokan pada anak usia 2 tahun

Berikut penjelasan lebih lanjut tentang penyakit radang tenggorokan pada anak usia 2 – 4 tahun:

Definisi radang tenggorokan pada anak-anak:

Radang tenggorokan adalah istilah umum keadaan peradangan atau infeksi di sekitar tenggôrokan. Lokasi sekitar tenggorokan meliputi rongga belakang mulut, amandel (tonsilitis), bagian belakang amandel atau laring, dan sekitarnya. Menurut Dr Hindra Irawan Satari, Sp.A (K), MTropPaed dari RSCM-FKUI, Jakarta, penyebab inflamasi paling umum / infeksi tenggorôkan adalah virus, dan dalam frekuensi yang lebih rendah juga di karenakan ulah bakteri atau jamur. Infeksi tenggorokan ditularkan melalui percikan mikroskopis (droplet) ketika pasien berbicara, bersin, batuk atau mencium anak. Spark-organisme mengandung kuman yang dapat menyebabkan penyakit yang sama pada bayi atau anak.

Penyebab dan Gejala radang tenggorokan pada anak balita:

Umumnya, anak-anak yang terserang radang tenggorokan biasanya merasakan demam serta rasa ketidaknyamanan tubuh, kadang disertai mual dan muntah yang menjadikan anak nantinya menjadi rewel. Asupan akan minum pun berkurang dan makan. Anak balita yang mampu berkomunikasi secara baik umumnya mengeluhkan sakit saat menelan, batuk, pilek, dan hidung mampet atau berair.

Pencegahan sakit tenggorokan pada anak-anak:

Upaya untuk mencegah radang tenggorokan yang bisa dilakukan sebenarnya dengan menjaga kesehatan dengan baik. Hal utama yang harus dilakukan adalah menjaga kebutuhan gizi anak yang optimal (sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi lebih kuat), menjaga kebersihan dan sanitasi yang baik, menghindar dari sumber infeksi (menjaga anak-anak dari pasien atau pasien memakai masker ketika dekat anak-anak ), dan memastikan imunisasi lengkap anak.

Mengatasi radang tenggorokan pada anak-anak:

Peradangan / infeksi tenggorokan pada anak-anak biasanya akan sembuh sendiri, terutama jika gizi anak dan cairan terpenuhi. Masalahnya adalah, ketika sakit, anak tersebut menjadi tidak bernafsu makan serta minum sehingga menimbulkan resiko kekurangan cairan (dehidrasi). Ditambah lagi, tubuh seorang anak yang mengalami demam memerlukan banyak tambahan cairan. Dehidrasi akan membuat lendir yang berada di dalam saluran udara pernapasan tumbuh padat / tebal dan mengakibatkan anak mengalami batuk menjadi lebih parah. Oleh karena itu, asupan cairan tambahan sangat dianjurkan pada saat anak mengalami radang tenggorokan. Nutrisi yang optimal juga dapat mempersingkat pemulihan anak yang sakit.

Minuman yang terlalu dingin dapat memperburuk gejala radang tenggorokan dalam beberapa kasus. Asalkan tidak memakan gorengan yang terlalu banyak minyaknya. Kalau sakit akibat virus bisa sembuh dengan sendirinya, terapi untuk anak-anak yang memiliki radang tenggorokan yang umumnya dilakukan (mengurangi gejala yang ada), seperti demam, salep saluran udara, pengencer lendir, serta asupan cairan dan nutrisi yang optimal. Pemberian antibiotik untuk dievaluasi lebih lanjut karena infeksi tenggorôkan biasanya disebabkan oleh virus. Sementara antibiotik diberikan bila penyebab sakit tenggorôkan adalah penyakit bakteri.

Radang tenggorokan pada anak-anak umumnya tidak berdampak fatal, kecuali bila disebabkan bakteri yang sangat patogen, seperti difteri. Patogen ini menyebabkan membran (keputihan pucat) yang menghalangi jalan napas dan menyebabkan kesulitan bernafas atas pada anak-anak yang bisa berakibat fatal. Jika yang tumbuh adalah bakteri pertusis, maka akan ada gejala batuk rejan (batuk 100 hari). Gejala yang khas, yaitu batuk susah berhenti, yang akhirnya harus dengan upaya mengambil napas dalam-dalam (rejan). Jika terasa terus menerus, paru-paru pasien dapat kekurangan oksigen. Dengan imunisasi DTP, kedua penyakit yang sangat langka di Indonesia. Untuk itu, pastikan anak mendapatkan imunisasi.